Terinspirasi oleh John Dewey (1859-1952), seorang filosofis, psikologis, dan penggerak pendidikan yang berasal dari Amerika Serikat, Yayasan Prima Unggul (YPU) didirikan pada tahun 2011 dengan tujuan MENCIPTAKAN 10.000 MANUSIA MANDIRI, BAIK SEBAGAI WIRAUSAHAWAN MAUPUN FUNGSI LAIN DI MASYARAKAT, YANG BERASAL DARI ANAK-ANAK DARI KELUARGA SEDERHANA DAN PANTI ASUHAN. Setelah menyelesaikan pendidikan di YPU, setiap murid didorong untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan pembiayaan sendiri. Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan formal, setiap anak diminta untuk kembali dan menjadi agen perubahan di kampung halamannya, serta memberikan kontribusi terhadap perkembangan daerah terpencil di Indonesia.
Untuk membangun mentalitas yang tangguh dan menciptakan jiwa pemimpin, YPU menerapkan kurikulum nasional dan kewirausahaan dalam sistem pendidikannya. Kami mempergunakan pengalaman sebagai sumber dan wadah edukasi secara kontekstual untuk topik sosial, budaya, dan sejarah dengan pendekatan yang sistematis, dinamis dan progresif. Sistem pendidikan YPU bertujuan untuk membangun karakter, mengubah pola pikir, dan mengembangkan talenta setiap murid. Kami melengkapi setiap murid dengan pengetahuan dan kemampuan praktis untuk menciptakan individu yang kompetitif yang dapat berfungsi dengan baik di masyarakat.
Bekerja sama dengan Yayasan Panti Asuhan Indonesia, kami menerima murid-murid baru dari berbagai provinsi terpencil di Indonesia. Setiap murid diharuskan untuk menunjukkan pengembangan karakter dan pendidikan selama proses belajarnya di YPU. Jika telah melalui berbagai evaluasi, seorang murid tidak mampu menunjukkan perkembangan yang memadai dalam kurun waktu tertentu, murid tersebut terpaksa kami kembalikan ke tempat asalnya. Situasi seperti ini memberikan gambaran nyata tentang kondisi dunia yang sangat kompetitif dan untuk dapat bertahan hidup, setiap murid harus gigih dan berupaya untuk selalu berprestasi guna mencapai posisi puncak.
YPU berinvestasi di dalam anak-anak dari keluarga sederhana. Kami percaya bahwa dengan pendidikan yang bertujuan mengembangkan karakter secara strategis, anak-anak dapat mengubah hidup mereka dan menjadi agen perubahan di kampung halamannya. Mereka juga dapat menjadi panutan bagi anak-anak dari berbagai tingkat kehidupan sosial. Profil murid-murid YPU sejak YPU berdiri di tahun 2011 adalah sbb:
Bapak Martinus Mesarudi Gea, bersama dengan beberapa orang yang mempunyai pandangan yang sama, mendirikan Yayasan Prima Unggul (YPU) pada tanggal 11 Februari 2011 dengan tujuan untuk memperbaiki ekonomi dan tingkat sosial di Indonesia melalui sistem pendidikan. Aspirasi untuk mendirikan YPU beranjak dari pernyataan seorang nenek lanjut usia yang tinggal di panti werdha. Pada saat Bapak Gea berkunjung ke panti werdha di bulan Januari 2010, nenek tersebut berkata bahwa dia tinggal di panti asuhan pada masa kecilnya. Demikian juga
dengan anak-anak dan cucu-cucunya. Kehidupan anak-anak panti asuhan ini seperti lingkaran yang tidak dapat terputuskan.
Bapak Gea sangat terguncang mendengar pernyataan tersebut. Hal ini mendorong beliau untuk menganalisis alasan dari terciptanya lingkaran kemiskinan tersebut. Bapak Gea pada akhirnya berpendapat bahwa lingkaran kemiskinan yang tidak dapat terputuskan tersebut bersumber dari pandangan masyarakat terhadap panti asuhan, yang mana terbentuk pandangan bahwa panti asuhan adalah tempat tinggal anak-anak dari keluarga tidak mampu yang tidak berdaya dan patut dikasihani. Pandangan ini juga yang telah mendorong pengurus panti asuhan, yang mana biaya kehidupan panti asuhan hanya bersumber dari sumbangan, untuk memprioritaskan kebutuhan materi anak-anak panti asuhan seperti fasilitas hidup yang pantas. Paradigma yang menyimpang ini menyebabkan anak-anak panti asuhan melihat diri mereka sendiri sebagai anak-anak yang tidak berdaya dan patut dikasihani. Hal ini mengakibatkan anak-anak panti asuhan mempunyai ketergantungan hidup dari donatur yang berkelanjutan. Bapak Gea berpendapat bahwa situasi inilah yang telah menciptakan lingkaran kemiskinan yang tidak terputuskan di panti asuhan.
Bapak Gea juga melihat pengalaman hidupnya sendiri, dimana nilai kemanusiaan telah ditanamkan oleh keluarganya yang sederhana sejak beliau masih kecil. Selain itu, beliau juga bercermin pada pengalaman hidupnya selama 8 tahun di panti asuhan dan kesulitan yang dihadapinya dalam membiayai hidup setelah meninggalkan panti asuhan. Berdasarkan pengalaman-pengalaman hidupnya, Bapak Gea mempunyai pandangan dan aspirasi yang berbeda dalam memerangi kemiskinan di panti asuhan. Dalam hal ini, Bapak Gea berpendapat bahwa para pengurus panti asuhan telah menjadi pihak yang membantu melestarikan lingkaran kemiskinan di panti asuhan.
Berdasarkan pengertiannya yang cukup mendalam atas kondisi panti asuhan dan keinginan yang kuat untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik untuk para anak panti asuhan, Bapak Gea mendirikan YPU dengan tujuan mengembangkan anak-anak panti asuhan menjadi individu-individu yang mandiri. Kepercayaannya dalam membangun dan menerapkan sistem pendidikan yang berbeda didukung oleh dasar pendidikannya dalam bidang agama, manajemen bisnis, manajemen pendidikan, dan juga pengalamannya sebagai pengawas dalam membangun unit usaha kecil.